Abah Syaifudin Al Kadri (Dok. Pribadi) |
Sebagai pewaris
ilmu lelehur Kalimantan yang terkenal sangat lungit, pantas Abah Ami sapaan
Abah Syaifudin Al Kadri. Tidak hanya itu, beliau disebut-sebut sebagai salah
satu tokoh sakti asal Ranah Borneo.
Ratusan siswanya
dan santri-santri yang datang untuk berguru dan ngangsu kaweruh ilmu pada Guru
Besar Padepokan Macan Wali Tarakan kini pun makin banyak seiring bergulirnya
waktu dan tambahan ilmu.
Selain mengajarkan
gemblengan ilmu hikmah karomah dan kanuragan, beliau dikenal sebagai ahli
pengobatan ilmu Dayak Kalimantan yang terkenal sangat ampuh.
Nah, untuk
menjejak kembali bagaimana Padepokan Macan Wali berkiprah, pada 1 Muharam 1421H
di Tarakan Kalimantan Timur berdirilah satu padepokan olah kanuragan yang
bernama Padepokan Ki Demang Rengas Papak dengan berlambangkan macan putih yang
didirikan oleh KH. Ahmad Ghozali dari Desa Kedawung Cirebon.
Beliau sekaligus
menjadi guru besarnya pada saat itu, nama Ki Demang Rengas Papak diambil dari
nama Ki Gede Kedawung. Beliau adalah orang kepercayaan Syech Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Sunan Gunung
Jati adalah pemimpin para wali di tanah Jawa yang mendapatkan gelar Panatagama.
Ki Demang Rengas Papak dalam melaksanakan tugas dari Sunan Gunung Jati
mendapatkan gelar Pangeran Marta Pura. Dan dalam melaksanakan tugasnya
menggunakan tunggangan macan putih, macan ini berbentuk tidak seperti macan
biasa tetapi berbentuk macan gaib atau non fisik. Macan ini pula yang menjadi
tunggangannya para wali atau macannya wali.
Dengan niat
berharap mendapatkan karomah para wali. Macan ini dijadikan lambang perguruan
tersebut yang mengandung makna; macan melambangkan keberanian dan putih
melambangkan kebenaran atau kesucian. Mudah-mudahan orang yang mengikuti
padepokan tersebut mempunyai semangat dalam melaksanakan kebenaran dalam
melaksanakan kebenaran dalam kiprah Amar
Ma’ruf Nahi Mungkar sekaligus mengembangkan syariat Islam semaksimal
mungkin.
Macan tersebut
atau macan putih pada tanggal 12 Maulid sering menampakkan diri berkeliling di
Desa Kedawung Cirebon walaupun hanya diketahui oleh orang-orang tertentu yang
diberikan keistimewaan oleh Allah SWT.
Dalam pengembangan
beberapa puluh tahun kemudian padepokan tersebut dilanjutkan oleh muridnya
bernama Abah Syaifudin Al Kadri dengan mendirikan sebuah padepokan yang diberi
nama Padepokan Macan Wali Tarakan.
Dan untuk
legitimasinya, Padepokan Macan Wali Tarakan sah berdiri secara hukum di Tarakan
dengan Akte Notaris: No.19/8/2007 tanggal 07 Agustus 2007. Padepokan Macan Wali
Tarakan mengajarkan tentang ilmu olah pernapasan, meditasi, tenaga dalam,
kanuragan, dan pengobatan alternatif.
Guru yang Dituahkan
Merunut ketokohan
Guru Besar Padepokan Macan Wali Tarakan Kalimantan Timur ini memang identic dari
legenda leluhur Kalimantan yang mempunyai kekuatan dan kemampuan ilmu kesaktian
tingkat tinggi.
Abah
Syaifudin Al Kadri yang mulai menapakkan diri menjadi spiritualis dan makin berkibar
di nusantara. Apalagi spesialisasi gemblengan dan pengajaran ilmu hikmah
warisan leluhur Kalimantan, piandel kerejekian dan penyembuhannya yang terkenal
di wilayahnya. Hal ini membuatnya cepat mendapat tempat di masyarakat umum yang
berminat menguasai ilmu itu.
Ibarat seorang
yang kini ditokohkan oleh siswa-siswanya reputasi dan kemampuan ilmu
kadigdayaan, khususnya ilmu gaib dan kanuragannya sudah pada tataran guru yang
dituahkan.
Segala kekuatan
dahsyat akan dimasukkan ke dalam tubuh seseorang santrinya atau pasiennya yakin
bermanfaat dan sangatlah besar dan menimbulkan kekuatan yang luar biasa. Seperti
terawangan gaib, ilmu khodam dan kanuragannya akan meningkat dan langsung bisa
dibuktikan. Istimewanya bahwa ilmu yang diturunkan murni dari ajaran Islam,
meski tidak menutup kemungkinan peserta non muslim.
Guru Besar Macan
Wali ini mempunyai spesialisasi ilmu yang diajarkan lebih fokus pada gemblengan
ilmu gaib (hikmah dan khodam gaib) di samping ilmu-ilmu penyembuhannya yang ampuh.
Hal ini
membuatnya cepat mendapat tempat di kalangan siswanya dan masyarakat umum yang
berminat menguasai ilmu. Sedangkan ilmu penyembuhannya itu membuatnya di
padepokan ini ratusan orang saban hari meminta kesembuhannya. Orang-orang yang
mempunyai masalah kehidupan pun tak luput untuk datang ke padepokan Abah
Syaifudin Al Kadri.
Pria ramah
ini mengakui , bahwa awal perjalanan spiritualnya di mulai dari kotanya sendiri
di tahun 1990-an. Ia melatih diri dalam olah ilmu tenaga dalam. Lalu, berlanjut
ke ilmu hikmah dan ilmu khodam. Padahal, sebelumnya sejak usia belasan tahun
dirinya sudah banyak menimba ilmu spiritual dari berbagai guru dan kiai linuwih
dari Kalimantan dan Jawa.
Pada tahun
2000, beliau mulai turun gunung dan mau memperkenalkan diri di kalangan peminat
ilmu metafisika dan supranatural. Sebelumnya, ia hanya menjalani banyak ritual
dan mengamalkan ilmunya pada kalangan terbatas. Satu lagi, dengan berdirinya
Padepokan Macan Wali, yang tentu saja membawa misi untuk kemaslahatan dan menurunkan
ilmu pada siapa pun juga yang membutuhkan.
Menurutnya, ilmu
ini adalah kumpulan dari cahaya dzikir dan cahaya hizib. Bukan ilmu jin / khodam, bukan susuk / perewangan. Murni hasil
riadloh wirid, dzikir, puasa dan doa yang dilakukannya.
“Hasilnya
jika diturunkan atau diisikan, sangat positif dan membawa manfaat buat ruh dan
jasad, kebaikan untuk dunia akhirat. Aamiin. Juga tidak ada efek samping, tidak
beresiko dan bebas pantangan. Bebas agama / umur / jenis kelamin dan hanya
untuk kebaikan. Adapun manfaat ilmu tersebut di antaranya adalah keatosan / kekebalan,
tolak sihir / tenung, mendatangkan kekuatan gaib saat dibutuhkan. Pertolongan lewat
malaikat. Mereka akan dibukakan pintu hidayah oleh Tuhan Yang Maha Esa,” tutur
Abah Syaifudin Al Kadri. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar