Segalanya tentang Inspirasi, Kesehatan & Lifestyle


Sabtu, 15 Agustus 2020

Mbah Suparno (Mbah No) Raja Gemblengan Spiritualis Sejati Padepokan Partisan Kumbang Malam

| Sabtu, 15 Agustus 2020


Mbah no
Mbah No (Dok. Pribadi)
Menyebut nama Partisan Kumbang Malam, tentu bagi penikmat dunia metafisika sudah tak asing lagi. Pasalnya, beliau tak lain adalah Guru Besar dari padepokan yang berada di Kabupaten Sragen.


Padepokan ini didirikan tahun 1998 oleh KH. S. Parno atau yang akrab disapa Mbah No. Sebenarnya, padepokan ini sudah ada sejak jaman Belanda. Hanya saja, namanya yang berbeda yakni Padepokan Beladiri Macan Kembar yang dipimpin Pak Marto, seorang penganut Tarekat Siddiqiyah.

Sepak terjang padepokan tersebut di dunia persilatan sangat terkenal. Banyak pendekar dan jagoan yang ingin berguru untuk mendapatkan ilmunya. Bahkan rela untuk melakukan tirakatan selama beberapa hari. Asalkan usai tirakat memiliki ilmu silat dan tenaga dalam yang dapat diandalkan untuk melawan Belanda.

“Kemudian dalam beberapa tahun ke depan, nama perguruan tersebut menghilang pelan-pelan dengan meninggalnya generasi penerusnya bersamaan. Akhirnya, dengan sendirinya bubar,” ujar Mbah No, Guru Besar Padepokan Partisan Kumbang Malam.

Padepokan tersebut cukup lama menghilang dari peredaran dunia persilatan hingga 1980-an. Mbah No sebagai ahli warisnya mencoba menghidupkan kembali dan mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Namun, ditutup oleh pemerintah tahun 1997. Karena dianggap sebagai olah raga beladiri keras.

Menginjak tahun 1998 perguruan tersebut muncul kembali dengan berbadan hukum dan nama diubah menjadi Padepokan Beladiri Partisan Kumbang Malam. Dengan pimpinan yang sama, yaitu KH. S. Parno. Tujuan didirikan padepokan tersebut untuk mempersatukan seni debus yang telah dihapus dan menggabungkan berbagai macam aliran silat.

Makan Daun

Sebelum memutuskan untuk mendirikan perguruan beladiri, Ki Suparno – yang akrab disapa Mbah No -  terlebih dulu menimba ilmu ke berbagai pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat dan mempelajari kembali silat kampung yang pernah diajarkan ayahnya ketika kecil.

Juga melakukan perjalanan spiritual dengan jalan kaki selama dua tahun dari Sragen melewati hutan dan gunung hingga Ketapang Banyuwangi serta tidak tidur di rumah. Sedangkan makannya hanya makan daun.

Dari perjalanan tersebut diperoleh kemantapan hati dan bertemu berbagai macam makhluk halus yang menawarkan sesuatu, pertama ilmu kedigdayaan, berbagai macam cara mencari harta dan agar mengikuti kyai yang sedang mengaji serta membawa sebuah keris. “Saya memilih mengikuti orang tersebut,” kisahnya.

Selesai melakukan perjalanan yang cukup jauh ke Timur, Mbah No melakukan perjalanan ke arah Barat. Tujuannya di Kota Pandeglang dan menguji ilmu yang dimiliki. Di kota yang dikenal banyak pendekar dan orang-orang sakti itu, dia seringkali bertengkar baik dengan preman maupun pendekar-pendekar silat. Banyak pendekar  yang dikalahkannya dalam suatu pertarungan.

Dalam pertarungan itu, ilmu silat kampung yang digabungkan dengan tenaga dalam dikeluarkan. Para pendekar yang menghadapi banyak yang kewalahan. Sekali gebrak lawan bisa dilumpuhkan. Bila lawan membacok dari belakang, kulitanya tidak robek. Itulah sosok Mbah No yang oleh siswa-siswanya memang begitu dihormati dan diagungkan. Padahal dalam keseharian, pria ini sangat bersahaja, santun dan sangat interaktif bila diajak untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang menyangkut kesulitan masyarakat.

Kini, Partisan Kumbang Malam berkembang pesat dan puluhan ribu muridnya telah tersebar di seluruh nusantara. Baik di Jawa Tengah sendiri Jatim, Sumatra dan Kalimantan.

Dalam programnya, Mbah No tidak muluk-muluk. Ia ingin membudayakan kembali persilatan tradisional / kampung yang pernah diajarkan ayahnya ketika kecil. Juga menerapkan olah spiritual, melatih jalan kaki untuk menguatkan fisik. Hal ini telah ia lakukan selama dua tahun dari Sragen melewati hutan dan gunung hingga Ketapang, Banyuwangi. Sedangkan makannya, hanya makan daun.

Tradisi Jawa dan Islam

Mbah No juga merintis tradisi ruwatan yang setiap tahun digelar di padepokannya. Ia ingin melestarikan budaya Jawa yang agung dan mengisinya dengan nilai-nilai Islam. Itu pula yang dilakukan para wali dulu dalam penyebaran Islam di Jawa.

Karena itu, tradisi Jawa seperti ruwatan Murwakala dan Sengkala, 1 Suro dll diisi juga dengan bacaan / dzikir Islam. Tradisi keramat ini benar-benar banyak diburu oleh masyarakat dari berbagai daerah dan luar pulau untuk mendapatkan keberkahan.

Intinya, Mbah No selalu berupaya bisa menjembatani kegiatan spiritual yang dipandegani oleh padepokannya dengan bidang sosial agar bisa membantunya, mengurai benang-benang keruwetan yang dialami oleh masyarakat. Misalnya saja Padepokan Partisan Kumbang Malam yang berada di daerah-daerah sudah melingkupi hampir seluruh wilayah Indonesia.

Cabang-cabang padepokan ini benar-benar menjadi wadah spiritual yang bisa memberi rasa aman dan tenteram pada orang-orang yang ikut di dalamnya. Mengapa demikian? Karena siapa pun tahu di padepokan inilah siswa akan diajarkan berbagai ilmu silat, tenaga dalam, kanuragan, ilmu hikmah, kundalini hingga penyembuhan. Karena itu, seorang siswa Partisan Kumbang Malam sudah bisa dikatakan punya kemampuan untuk mengadapi berbagai kendala dalam kehidupan kesehariannya.

Memang, kiprah Mbah No di dunia supranatural sudah tidak diragukan lagi. Bahkan 2 April 2005 lalu, posmo memberikan penghargaan tertinggi Posmo Award kepadanya. Setelah terpilih menjadi paranormal terbaik. Kembali menjadi terbaik dan meraih Posmo Award 2007 di Singgasana Hotel Surabaya, dan Posmo Award 2009  hingga 2017 Mbah No terpilih dan dinobatkan menjadi yang terbaik.

Ini bukti bahwa Padepokan Partisan Kumbang Malam tidak sekedar memberikan janji tapi bukti, bahwa kiprahnya selama ini benar-benar total. Tidak memburu materi, “Setiap gemblengan, peserta memang mengeluarkan biaya. Namun semua kembali ke peserta juga,” ungkap Mbah No.

Bahkan kini, dengan perhitungan matang Partisan Kumbang Malam memperlebar sayap dengan memperhalus usaha dan memberikan kesempatan pada masyarakat luas dengan membuka Klinik Holistik Sekar Delima Husada yang dikelola secara profesional, jelas dan terarah.

Klinik ini resmi dan sah serta berbadan hukum. Banyak manfaat yang bisa diambil dari klinik tersebut. Mereka akan mendapatkan SK untuk membuka praktek bahkan langsung memiliki dua sertifikat klinik dan grand master alternatif holistic.

Selain itu, mereka yang bergabung akan dibimbing dan diajari berbagai ilmu kejadugan dan penghusada. Bahkan tidak tanggung-tanggung mereka akan menguasai 25 teknik pengobatan holistik. Sebagai pusat pengobatan berbagai penyakit (medis / non medis), pelatihan tenaga dalam, juru sembuh, reiki, kundalini, ruqyah, penyelenggara seminar, lokakarya, distributor / agen resmi CV Sekar Delima Husada, sekaligus sebagai sekretariat cabang Padepokan Partisan Kumbang Malam. ***

 

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar