Lomba balap karung (IG) |
Bagi warga +62, lomba balap karung pastinya sudah tidak asing lagi. Biasanya, kegiatan ini digelar setiap perayaan HUT Kemerdekaan RI. Akan tetapi, seiring masa pandemi dan new normal seperti saat ini, kegiatan ini sepertinya absen untuk digelar demi mencegah penularan virus Covid-19 yang tak kunjung hengkang dari bumi termasuk di negeri ini. Lantas, bagaimana riwayat lomba ini hingga mengisi kegiatan dalam perayaan Kemerdekaan RI ini?
Dikutip dari
Wikipedia[dot]org, balap karung adalah salah satu lomba yang popular pada hari
kemerdekaan. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke
dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir.
Meskipun
sering mendapat kritikan karena dianggap memacu semangat persaingan yang tidak
sehat dan sebagai kegiatan huru-hara, balap karung tetap banyak ditemui.
Seperti juga lomba panjat pinang, sandal bakiak, dan makan kerupuk.
Terlepas
dari polemik yang ada, tahukah Anda riwayat lomba tersebut? Dihimpun dari
berbagai sumber, bahwa lomba balap karung di Indonesia ini bermula saat Belanda
menjajah Indonesia.
Meski populer
di negeri +62, lomba ini merilis tribunnews[dot]com ternyata bukan berasal dari
Indonesia. Pada saat itu, para misionaris Belanda yang ada di Indonesia
mengadakan lomba balap karung untuk instansi-instansi bentukan Belanda.
Peserta dari
lomba ini pun tidak hanya dari warga Belanda, akan tetapi juga rakyat
Indonesia. Tidak hanya itu, balap karung juga menjadi lomba yang sering
diadakan sekolah-sekolah misionaris Belanda di setiap perayaan. Di Belanda,
lomba serupa diikuti oleh anak-anak berusia 6-12 tahun.
Seiring
perkembangan zaman, dan diusirnya Belanda dari Indonesia, lomba balap karung
masih dipertahankan hingga sekarang.
Untuk
semangat yang diharapkan dari perlombaan ini adalah dipercaya bisa menumbukan
nilai sportivitas, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan.
Nilai-nilai
tersebut sangat terkait erat hubungannya dengan nilai kemerdekaan Bangsa
Indonesia.
Sementara
itu, merilis informasi dari tagar[dot]id bahwa asal usul lomba balap karung juga
diilhami dari masyarakat Indonesia yang tidak mampu membeli pakaian (di masa
penjajahan Belanda) hingga menggunakan karung sebagai pengganti pakaian penutup
badan.
Karena
kesal, mereka menginjak-injak karung dan entah bagaimana akhirnya kekesalan
mereka itu berubah menjadi sebuah permainan adu lari memakai karung.
Meski yang
mengawalinya orang Belanda yang tinggal di Indonesia, tapi kala itu, balap
karung mulai popular di kalangan masyarakat saat penjajahan Jepang.
Terkait
aturan main dari lomba ini, tidak ada yang berubah dari sejak dahulu yakni adu
cepat dengan memasukkan setengah badan ke dalam karung goni rajutan.
Hal yang
paling unik dan lucu, peserta akan melompat-lompat agar tidak jatuh saat
berlomba.
Hingga kini,
lomba ini sudah menjadi salah satu ikon perayaan HUT Kemerdekaan RI setiap
tahunnya dan dijadikan sebagai hiburan dalam memeriahkan kemenangan Bangsa
Indonesia.
Adapun
perlombaan yang dilaksanakan pada perayaan HUT Kemerdekaan RI bukan hanya balap
karung, namun ada perlombaan lainnya seperti lomba makan kerupuk, memasukkan
paku ke dalam botol, memindahkan karet memakai sedotan, memasukkan bendera ke
dalam botol, memasukkan air ke dalam botol, memasukkan benang ke dalam jarum,
dan menghias kelas.
Meski lomba
lainnya tidak memiliki riwayat khusus di negeri ini. Ada beberapa nilai
kepahlawanan yang dapat dipetik dari perlombaan-perlombaan ini agar perayaan
mampu membangkitkan nasionalisme yang kuat untuk Bangsa Indonesia. Berikut di
antara lain nilai yang dapat dipetik:
Lomba balap karung perayaan 17-an (ilustrasi/IG) |
Pertama
adalah nilai kejujuran. Untuk mengikuti perlombaan ini, para peserta dituntut
untuk menunjukkan kejujuran dalam memenangkan perlombaan yang mereka ikuti.
Mereka harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan dan tidak boleh
melakukan kecurangan.
Nilai kedua
adalah kerja keras. Dalam mengikuti perlombaan ini, mereka harus bekerja keras
untuk meraih kemenangan. Mereka tidak bisa berleha-leha dalam mengikutinya.
Nilai ketiga
adalah pantang menyerah. Dalam mengikuti perlombaan ini mereka tidak boleh
menyerah ketika perlombaan belum selesai. Mereka harus terus berjuang
menyelesaikan setiap perlombaan yang diikuti.
Nilai
keempat adalah nilai kerjasama. Dalam mengikuti perlombaan dalam kelompok,
seperti lomba memindahkan karet, mereka harus kompak dan bekerjasama. Mereka
tidak boleh merasa paling hebat masing-masing demi kejayaan bangsa.
Meski tidak
mengurangi nilai perjuangan yang ada. Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-75 kali tidak digelar, namun perjuangan
melawan pandemi virus Covid-19 juga tak kalah pentingnya. Semoga, seiring
dengan HUT Kemerdekaan RI ke-75, Indonesia dapat keluar dari penularan virus
yang asal mulanya dari negeri China. Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-75 Indonesia
Maju. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar