Segalanya tentang Inspirasi, Kesehatan & Lifestyle


Jumat, 14 Agustus 2020

Riwayat Lomba Balap Karung dalam Menyambut HUT Kemerdekaan RI

| Jumat, 14 Agustus 2020

 

Lomba balap karung
Lomba balap karung (IG)

Bagi warga +62, lomba balap karung pastinya sudah tidak asing lagi. Biasanya, kegiatan ini digelar setiap perayaan HUT Kemerdekaan RI. Akan tetapi, seiring masa pandemi dan new normal seperti saat ini, kegiatan ini sepertinya absen untuk digelar demi mencegah penularan virus Covid-19 yang tak kunjung hengkang dari bumi termasuk di negeri ini. Lantas, bagaimana riwayat lomba ini hingga mengisi kegiatan dalam perayaan Kemerdekaan RI ini?

Dikutip dari Wikipedia[dot]org, balap karung adalah salah satu lomba yang popular pada hari kemerdekaan. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir.

Meskipun sering mendapat kritikan karena dianggap memacu semangat persaingan yang tidak sehat dan sebagai kegiatan huru-hara, balap karung tetap banyak ditemui. Seperti juga lomba panjat pinang, sandal bakiak, dan makan kerupuk.

Terlepas dari polemik yang ada, tahukah Anda riwayat lomba tersebut? Dihimpun dari berbagai sumber, bahwa lomba balap karung di Indonesia ini bermula saat Belanda menjajah Indonesia.

Meski populer di negeri +62, lomba ini merilis tribunnews[dot]com ternyata bukan berasal dari Indonesia. Pada saat itu, para misionaris Belanda yang ada di Indonesia mengadakan lomba balap karung untuk instansi-instansi bentukan Belanda.

Peserta dari lomba ini pun tidak hanya dari warga Belanda, akan tetapi juga rakyat Indonesia. Tidak hanya itu, balap karung juga menjadi lomba yang sering diadakan sekolah-sekolah misionaris Belanda di setiap perayaan. Di Belanda, lomba serupa diikuti oleh anak-anak berusia 6-12 tahun.

Seiring perkembangan zaman, dan diusirnya Belanda dari Indonesia, lomba balap karung masih dipertahankan hingga sekarang.

Untuk semangat yang diharapkan dari perlombaan ini adalah dipercaya bisa menumbukan nilai sportivitas, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan.

Nilai-nilai tersebut sangat terkait erat hubungannya dengan nilai kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Sementara itu, merilis informasi dari tagar[dot]id bahwa asal usul lomba balap karung juga diilhami dari masyarakat Indonesia yang tidak mampu membeli pakaian (di masa penjajahan Belanda) hingga menggunakan karung sebagai pengganti pakaian penutup badan.

Karena kesal, mereka menginjak-injak karung dan entah bagaimana akhirnya kekesalan mereka itu berubah menjadi sebuah permainan adu lari memakai karung.

Meski yang mengawalinya orang Belanda yang tinggal di Indonesia, tapi kala itu, balap karung mulai popular di kalangan masyarakat saat penjajahan Jepang.

Terkait aturan main dari lomba ini, tidak ada yang berubah dari sejak dahulu yakni adu cepat dengan memasukkan setengah badan ke dalam karung goni rajutan.

Hal yang paling unik dan lucu, peserta akan melompat-lompat agar tidak jatuh saat berlomba.

Hingga kini, lomba ini sudah menjadi salah satu ikon perayaan HUT Kemerdekaan RI setiap tahunnya dan dijadikan sebagai hiburan dalam memeriahkan kemenangan Bangsa Indonesia.

Adapun perlombaan yang dilaksanakan pada perayaan HUT Kemerdekaan RI bukan hanya balap karung, namun ada perlombaan lainnya seperti lomba makan kerupuk, memasukkan paku ke dalam botol, memindahkan karet memakai sedotan, memasukkan bendera ke dalam botol, memasukkan air ke dalam botol, memasukkan benang ke dalam jarum, dan menghias kelas.

Meski lomba lainnya tidak memiliki riwayat khusus di negeri ini. Ada beberapa nilai kepahlawanan yang dapat dipetik dari perlombaan-perlombaan ini agar perayaan mampu membangkitkan nasionalisme yang kuat untuk Bangsa Indonesia. Berikut di antara lain nilai yang dapat dipetik:

Lomba balap karung
Lomba balap karung perayaan 17-an (ilustrasi/IG)

Pertama adalah nilai kejujuran. Untuk mengikuti perlombaan ini, para peserta dituntut untuk menunjukkan kejujuran dalam memenangkan perlombaan yang mereka ikuti. Mereka harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan dan tidak boleh melakukan kecurangan.

Nilai kedua adalah kerja keras. Dalam mengikuti perlombaan ini, mereka harus bekerja keras untuk meraih kemenangan. Mereka tidak bisa berleha-leha dalam mengikutinya.

Nilai ketiga adalah pantang menyerah. Dalam mengikuti perlombaan ini mereka tidak boleh menyerah ketika perlombaan belum selesai. Mereka harus terus berjuang menyelesaikan setiap perlombaan yang diikuti.

Nilai keempat adalah nilai kerjasama. Dalam mengikuti perlombaan dalam kelompok, seperti lomba memindahkan karet, mereka harus kompak dan bekerjasama. Mereka tidak boleh merasa paling hebat masing-masing demi kejayaan bangsa.

Meski tidak mengurangi nilai perjuangan yang ada. Perayaan HUT Kemerdekaan  RI ke-75 kali tidak digelar, namun perjuangan melawan pandemi virus Covid-19 juga tak kalah pentingnya. Semoga, seiring dengan HUT Kemerdekaan RI ke-75, Indonesia dapat keluar dari penularan virus yang asal mulanya dari negeri China. Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-75 Indonesia Maju. ***

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar