Segalanya tentang Inspirasi, Kesehatan & Lifestyle


Rabu, 26 Agustus 2020

Pasar Turi Surabaya Jadi Saksi Sejarah Raden Wijaya Dikejar Pasukan Jayakatwang

| Rabu, 26 Agustus 2020

Pasar turi
Deretan toko di Pasar Turi Surabaya (Phinemo[dot]com)

Menjelajahi Kota Surabaya, tak lengkap rasanya apabila tidak mampir di sudut perekonomian Kota Pahlawan ini. Iya, tempat itu salah satunya yakni Pasar Turi. Pasar ini adalah pusat perbelanjaan di Surabaya yang lokasinya tak jauh dari monumen perjuangan Arek-arek Surabaya di masa perjuangan merebut kemerdekaan dimasa silam, yaitu Tugu Pahlawan.

Dulunya, Pasar Turi merupakan dermaga kecil yang pernah dipergunakan oleh Raja Majapahit pertama, Raden Wijaya untuk menyeberang ke Pulau Madura dari kejaran pasukan Jayakatwang.

Dikisahkan oleh sejarawan Surabaya, Suparto Broto, Pasar Turi yang sekarang menjadi pusat penjualan grosir aneka jenis barang kebutuhan rumah tangga serta lainnya.

Beliau menceritakan bahwa pasar ini merupakan suatu dermaga kecil atau tempat pangkalan perahu-perahu yang berlabuh ke Pulau Madura atau sebaliknya. Tetapi sekarang, bekas-bekas dermaga itu sudah tidak ada, tergerus oleh bangunan beton untuk kios para pedagang.

Lokasinya, Pasar Turi memang tak jauh dari Pelabuhan Tanjung Perak, tempat penyeberangan ke Pulau Madura. Oleh sebab itu, data sejarah yang dipaparkan sejarawan satu ini, adalah benar adanya.

Dikisahkannya, dulu Raja Pertama Kerajaan Majapahit yang berpusat di wilayah kawasan hutan Tarik Mojokerto, pernah dikejar-kejar oleh pasukan Jayakatwang. Dan sampai akhirnya Raden Wijaya sampai di Desa Kudadu.

Kedatangannya di desa itu, disambut dengan ramah oleh warga dan kepala desa setempat. Raden Wijaya diperlakukan dengan sangat baik.

Sadar keberadaan Raden Wijaya terancam akibat terus diburu oleh Pasukan Jayakatwang. Oleh penduduk Kedadu, Raden Wijaya dibawa ke pangkalan perahu Pejingan. Dari pangkalan itulah melewati Kali Krembangan, Raden Wijaya berlayar menyeberangi laut menuju ke Pulau Madura. Dan peristiwa itu terjadi pada tahun 1292.

Jelasnya, pangkalan perahu terus berubah namanya menjadi Padatar. Lambat laun berubah lagi menjadi Padatari. Seiring perjalanan waktu pangkalan perahu itu kemudian berubah menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk mempertukarkan barang-barang layaknya seperti pasar, maka namanya berubah lagi dari Padatari menjadi Pasar Turi sampai sekarang.

Keberadaan Pasar Turi diresmikan oleh Wali Kotamadya Surabaya R. Soekotjo pada tanggal 21 Juni 1971. Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada 2 Mei 1978, hampir semua bangunan pasar ludes terbakar. Imbasnya Kali Krembangan pun berangsur-angsur hilang dari wajah Kota Surabaya, demikian halnya dengan pangkalan perahu Padatari yang terlanjur berubah menjadi pasar, melanjutkan tradisi sejarah sebagai pusat kegiatan orang berjualbeli.

Tetapi setelah pemerintahan Jepang membangun rel kereta api OJS Madura Ujung – Sepanjang, para pedagang tak lagi lewat jalur sungai, berpindah menggunakan kendaraan kereta api OJS.

Masih menurut sejarawan ini, pada masa Jepang banyak toko tutup karena barang dagangan tidak ada. Banyak orang kaya yang tinggal di daerah Darmo kehilangan pekerjaannya, terpaksa dia menjual barang-barangnya pada tukang loak. Tukang loak saat itu berjualan hampir di seluruh pelosok kota.

Setelah memperoleh barang dagangan yang kebanyakan piranti rumah tangga lalu membawanya ke Pasar Turi dengan naik trem listrik yang melintas di tengah kota, dan kereta api OJS yang lewat Pasar Turi. Akhirnya orang kaya baru yang menginginkan barang berkualitas tidak susah-susah harus membeli di toko, tetapi cukup datang ke Pasar Turi.  Maka, sejak zaman Jepang (1942-1945) terkenallah Pasar Turi sebagai pasar barang rombeng alias pasar loak.

Sejak Indonesia merdeka, Pasar Turi sudah tercatat sebanyak setidaknya 6 kali terbakar. Termasuk kebakaran akibat terkena mortar Pasukan Inggris Mansergh saat terjadi pertempuran antara Inggris-Gurkha kemudian NICA.

Pada pendudukan Belanda (1945-149), Pasar Turi termasuk salah satu pasar yang mendapat perbaikan karena paling parah rusak akibat Pertempuran 10 November 1945. ***

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar