Mbah Kholil (laduni[dot]id) |
KH. Muhammad Kholil yang lebih dikenal dengan Mbah Kholil Bangkalan ini merupakan sosok ulama disamping sebagai ahli fiqh dan ilmu alat (nahwu dan sharaf), beliau juga dikenal sebagai sosok manusia yang “waskita”, yakni weruh sak durunge winarah (tahu sebelum terjadi).
Merilis kumpulanbiografiulama[dot]wordpress[dot]com, beliau termasuk ulama yang memiliki banyak karomah antara lain membelah diri (berada di dua tempat berbeda pada saat yang sama), menyembuhkan orang lumpuh seketika, dan masih banyak yang lainnya. sementara itu, merilis laduni[dot]id, bahwa beliau juga mempunyai karomah mengubah batu menjadi emas demi membuktikan dirinya difitnah karena ada sebagian masyarakat yang menuduhnya membuat uang palsu untuk memberangkatkan haji warganya ke Mekkah setiap tahunnya.
Dikutip dari
Wikipedia, Mbah Kholil berasal dari keluarga ulama, KH. Abdul Lathif, mempunyai
pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kiai Hamim,
putra dari Kiai Abdul Karim bin Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai
Abdullah bin Sayyid Sulaiman Basyeiban. Sayyid Sulaiman inilah yang merupakan
cucu dari Sunan Gunung Jati dari pihak ibu.
Sebagai seorang
ulama yang penuh karomah, beliau sangat diburu kalangan santri maupun jamaah
yang berharap karomah dan doanya. Khususnya, menyangkut masalah duniawi yakni
kekayaan.
Dikisahkan,
mengutip dari beritasantri[dot]net bahwa suatu hari Mbah Kholil kedatangan tiga
tamu yang menghadap secara bersamaan. Mbah Kholil pun bertanya kepada yang
pertama:
“Sampeyan
ada keperluan apa”
“Saya pedagang,
kiai tetapi hasil tidak didapat, malah rugi terus-menerus,” ucap tamu pertama.
Beberapa saat
Mbah Kholil menjawab, “Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca
istighfar,” pesan beliau.
Kemudian bertanya
kepada tamu kedua:
“Sampeyan
ada keperluan apa?”
“Saya sudah
berkeluarga selama 18 tahun, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan,”
kata tamu kedua.
Setelah memandang
kepada tamu itu, Mbah Kholil menjawab, “Jika kamu ingin punya keturunan,
perbanyak baca istighfar,” jawab Mbah Kholil.
Kini, tiba
giliran pada tamu yang ketiga. Kiai juga bertanya, “Sampeyan ada keperluan apa?”
“Saya usaha
tani, kiai? Namun, makin hari hutang Saya makin banyak, sehingga tak mampu
membayarnya,” ucap tamu yang ketiga, dengan raut muka serius.
“Jika kamu
ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, perbanyak baca istighfar,” pesan
Mbah Kholil kepada tamu yang terakhir.
Beberapa murid
Mbah Kholil yang melihat peristiwa itu merasa heran. Masalah yang berbeda, tapi
dengan jawaban yang sama, resep yang sama yaitu menyuruh memperbanyak istighfar.
Mbah Kholil
mengetahui keheranan para santri. Setelah tamunya pulang maka dipanggillah para
santri yang penuh tanda Tanya. Lalu, Mbah Kholil membacakan alQuran: Surat Nuh
ayat 10-12 yang artinya: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha
Pengampun. Nisacaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu. Dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
Mendengar jawaban
Mbah Kholil, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji
Allah bagi siapa yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar. Tak lama
setelah kejadian itu, ketiga tamunya semua berhasil apa yang dihajatkan alias amalan 1001 hajat.
Sebagai ulama
legendaris, guru para kiai di Jawa. Beliau meninggalkan ilmu kepada para
santrinya, yang kemudian menjadi ulama dan pejuang Islam.
Dikutip dari
ngopibareng[dot]id, beliau meninggalkan doa dan sholawat yang bisa diamalkan
umat Islam demi keberkahan dan terkabulnya hajat bagi siapa pun yang
mengamalkannya.
Berikut ini
bacaannya :
(sumber: ngopibareng[dot]id) |
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Masya Allahu
Laa quwwata illa billahil aliyyil
azhiim.
Assalamu’alayna wa alaa
ibadillahish-shalihiin,
Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal
mawla wa ni’man nashiir, walaa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil azhiim
Laa ilaha illallaahu
Muhammadur-rasulullaah (1 kali).
Allahumma shalli wasallim wabaarik
alaa sayyidinaa Muhammadin wa alaa aali sayyidinaa Muhammad (1000x).
Fadhilahnya:
untuk menghilangkan segala kesusahan dan menghasilkan aapa yang dimaksud.
Ijazah dari
H. Ahmad Zaini Tarsyid, almaghfurlah, dari KH. Syarwani Abdan Bangil, dari KH.
Abdullah bin Yasin Pasuruan, dari Kiai Muhammad Kholil Bangkalan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar