Segalanya tentang Inspirasi, Kesehatan & Lifestyle


Minggu, 20 September 2020

Menikmati Mitos Kesegaran dan Khasiat Air Petirtaan Candi Jolotundo di Mojokerto

| Minggu, 20 September 2020

Petirtaan Candi Jolotundo (livyah08)

Di musim pandemi virus corona seperti saat ini, wisata alam menjadi pilihan utama menghilangkan penat. Selain sirkulasi udaranya bagus, wisata alam juga dapat menyehatkan tubuh pasalnya kadar oksigen yang berlimpah dibanding wisata lain seperti wisata belanja alias ngemall.

Salah satunya yakni menikmati segar dan jernihnya air di Candi Jolotundo yang masih ikut wilayah Mojokerto. Di pilihnya lokasi ini, pasalnya tidak jauh dari lokasi admin ini tinggal.

Perjalanan menuju kawasan Candi Jolotundo tak begitu sulit. Dari kawasan Ngoro Industrial Park, perjalanan menuju candi yang dimaksud sudah sangat dekat. Tidak jauh dari kawasan industri itu, ada jalan beraspal yang cukup lebar. Di pinggirnya ada plakat bertuliskan PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Seloliman 9 km.

Mumpung masih pagi, menuju lokasi itu hanya mengikuti petunjuk yang ada. Pasalnya, Petirtaan Jolotundo yang menjadi tujuan juga berada di Desa Seloliman yakni masih satu kawasan atau jalur yang sama.

Kira-kira naik lagi sejauh 2 km, dari lokasi PPLH itu. Penjelajahan menuju tempat tujuan sudah semakin dekat. Selama perjalanan tersaji panorama alam yang menarik. Persawahan warga, birunya Gunung Penanggungan, air gemericik di selokan kawasan pegunungan dapat teramati jelas saat beristirahat sejenak di pinggir jalan.

Tak terasa akhirnya sampai juga di kawasan Desa Seloliman tempat PPLH berada. Perjalanan belum usai, karena tujuan yang dimaksud masih belum berakhir yakni ke situs yang konon dulu merupakan warisan Prabu Udayana saat beliau masih berusia belasan tahun.

Sampailah penjelajahan ke tempat tujuan disambut dengan petugas tiket. Usai parkir kendaraan, langsung menuju lokasi yang petirtaan itu.

Merilis merdeka[dot]com, bahwa Candi Jolotundo merupakan bangunan petirtaan peninggalan Raja Udayana dari Bali diperuntukkan bagi Raja Airlangga setelah dinobatkan menjadi Raja Sumedang Kahuripan. Secara geografis Candi Jolotundo berada di ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut (mdpl) tepatnya di Bukit Bekel, lereng barat Gunung Penanggungan.

Lokasinya, berada di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto Jatim. Petirtaan Jolotundo, memiliki sumber mata air kualitasnya terbaik setelah air zam-zam atau nomor dua dunia. Tak pelak. Masyarakat Mojokerto maupun luar Mojokerto, banyak datang untuk melakukan ritual dan mengambil air pasalnya dipercaya memiliki banyak khasiat.

Candi Jolotundo terdapat dua sendang (tempat mandi) berdinding batu, di sisi kiri dan sisi kanan, berukuran 2x2 meter menghadap ke barat. Air sumber keluar dari lubang di tengah batu dinding di sisi timur. Sementara di tengah ada kolam bertingkat, dan di bawahnya terdapat kolam berukuran sekitar 6x8 meter, dan banyak terdapat ikan berukuran besar.

Mitos yang berkembang di kawasan tersebut, mata air keluar dari Candi Jolotundo ini dipercaya masyarakat punya banyak khasiat, bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan bisa membuat awet muda. Banyak masyarakat datang untuk mengambil air dari sumber tersebut untuk berbagai keperluan.

Bahkan, pada malam satu Suro atau menjelang tanggal 1 bulan Jawa Suro, Candi Jolotundo banyak di datangi masyarakat, terutama warga Bali. Mereka datang untuk melaksanakan ritual dan mensucikan diri di Petirtaan Jolotundo.

Sementara itu, dari informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, bahwa bentuk Petirtaan Jolotundo yang berbentuk persegi panjang dengan teras di tengah dan puncak pancuran di tengah-tengah ternyata memiliki simbolis sebagai gambaran Mahameru (Gunung Semeru).

Dalam konsepsi Hindu, seperti dikutip dari kompasiana[dot]com, bahwa Mahameru dianggap sebagai gunung suci tempat bersemayam para dewa. Konsepsi ini sebenarnya telah dikenal semenjak jaman prasejarah (masa Megalitikum) yang menganggap gunung sebagai unsur tertinggi tempat bersemayam roh nenek moyang.

Kepercayaan tentang khasiat air Petirtaan Jolotundo biasanya diperoleh dari informasi masyarakat dan kabar turun-temurun dari nenek moyang. Kabarnya, ada anggapan bahwa air dari sumber itu diyakini mampu menyembuhkan penyakit, membuat lebih enak rasa minuman yang dibuat jika memakai air dari sumber itu, bahkan banyak yang beranggapan airnya dapat membuat awet muda.

Itulah sekilas kisah dari keberadaan Petirtaan Candi Jolotundo yang melegenda dan banyak dikunjungi warga +62 yang ingin merasakan sensasi airnya, baik mandi maupun meminumnya untuk dikonsumsi sebagai air minum atau obat dari penyakit. Intinya, bila airnya bersih jernih, dampak atau efek kesehatannya dipastikan akan baik pula. Terlepas dari kisah dan mitos yang menyelimuti keberadaan Petirtaan Candi Jolotundo. Wallahu ‘alam bishawab. ***

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar