Petirtaan Candi Jolotundo (livyah08) |
Di musim pandemi virus corona seperti saat ini, wisata alam menjadi pilihan utama menghilangkan penat. Selain sirkulasi udaranya bagus, wisata alam juga dapat menyehatkan tubuh pasalnya kadar oksigen yang berlimpah dibanding wisata lain seperti wisata belanja alias ngemall.
Salah satunya
yakni menikmati segar dan jernihnya air di Candi Jolotundo yang masih ikut
wilayah Mojokerto. Di pilihnya lokasi ini, pasalnya tidak jauh dari lokasi
admin ini tinggal.
Perjalanan menuju
kawasan Candi Jolotundo tak begitu sulit. Dari kawasan Ngoro Industrial Park,
perjalanan menuju candi yang dimaksud sudah sangat dekat. Tidak jauh dari
kawasan industri itu, ada jalan beraspal yang cukup lebar. Di pinggirnya ada
plakat bertuliskan PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Seloliman 9 km.
Mumpung masih
pagi, menuju lokasi itu hanya mengikuti petunjuk yang ada. Pasalnya, Petirtaan
Jolotundo yang menjadi tujuan juga berada di Desa Seloliman yakni masih satu
kawasan atau jalur yang sama.
Kira-kira
naik lagi sejauh 2 km, dari lokasi PPLH itu. Penjelajahan menuju tempat tujuan
sudah semakin dekat. Selama perjalanan tersaji panorama alam yang menarik. Persawahan
warga, birunya Gunung Penanggungan, air gemericik di selokan kawasan pegunungan
dapat teramati jelas saat beristirahat sejenak di pinggir jalan.
Tak terasa
akhirnya sampai juga di kawasan Desa Seloliman tempat PPLH berada. Perjalanan belum
usai, karena tujuan yang dimaksud masih belum berakhir yakni ke situs yang
konon dulu merupakan warisan Prabu Udayana saat beliau masih berusia belasan
tahun.
Sampailah penjelajahan
ke tempat tujuan disambut dengan petugas tiket. Usai parkir kendaraan, langsung
menuju lokasi yang petirtaan itu.
Merilis merdeka[dot]com,
bahwa Candi Jolotundo merupakan bangunan petirtaan peninggalan Raja Udayana
dari Bali diperuntukkan bagi Raja Airlangga setelah dinobatkan menjadi Raja
Sumedang Kahuripan. Secara geografis Candi Jolotundo berada di ketinggian
sekitar 800 meter di atas permukaan laut (mdpl) tepatnya di Bukit Bekel, lereng
barat Gunung Penanggungan.
Lokasinya,
berada di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto Jatim.
Petirtaan Jolotundo, memiliki sumber mata air kualitasnya terbaik setelah air
zam-zam atau nomor dua dunia. Tak pelak. Masyarakat Mojokerto maupun luar
Mojokerto, banyak datang untuk melakukan ritual dan mengambil air pasalnya
dipercaya memiliki banyak khasiat.
Candi Jolotundo
terdapat dua sendang (tempat mandi) berdinding batu, di sisi kiri dan sisi
kanan, berukuran 2x2 meter menghadap ke barat. Air sumber keluar dari lubang di
tengah batu dinding di sisi timur. Sementara di tengah ada kolam bertingkat,
dan di bawahnya terdapat kolam berukuran sekitar 6x8 meter, dan banyak terdapat
ikan berukuran besar.
Mitos yang
berkembang di kawasan tersebut, mata air keluar dari Candi Jolotundo ini
dipercaya masyarakat punya banyak khasiat, bisa menyembuhkan berbagai penyakit
dan bisa membuat awet muda. Banyak masyarakat datang untuk mengambil air dari
sumber tersebut untuk berbagai keperluan.
Bahkan, pada
malam satu Suro atau menjelang tanggal 1 bulan Jawa Suro, Candi Jolotundo
banyak di datangi masyarakat, terutama warga Bali. Mereka datang untuk
melaksanakan ritual dan mensucikan diri di Petirtaan Jolotundo.
Sementara itu,
dari informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, bahwa bentuk Petirtaan
Jolotundo yang berbentuk persegi panjang dengan teras di tengah dan puncak
pancuran di tengah-tengah ternyata memiliki simbolis sebagai gambaran Mahameru
(Gunung Semeru).
Dalam konsepsi
Hindu, seperti dikutip dari kompasiana[dot]com, bahwa Mahameru dianggap sebagai
gunung suci tempat bersemayam para dewa. Konsepsi ini sebenarnya telah dikenal
semenjak jaman prasejarah (masa Megalitikum) yang menganggap gunung sebagai
unsur tertinggi tempat bersemayam roh nenek moyang.
Kepercayaan tentang
khasiat air Petirtaan Jolotundo biasanya diperoleh dari informasi masyarakat
dan kabar turun-temurun dari nenek moyang. Kabarnya, ada anggapan bahwa air
dari sumber itu diyakini mampu menyembuhkan penyakit, membuat lebih enak rasa
minuman yang dibuat jika memakai air dari sumber itu, bahkan banyak yang
beranggapan airnya dapat membuat awet muda.
Itulah sekilas
kisah dari keberadaan Petirtaan Candi Jolotundo yang melegenda dan banyak
dikunjungi warga +62 yang ingin merasakan sensasi airnya, baik mandi maupun
meminumnya untuk dikonsumsi sebagai air minum atau obat dari penyakit. Intinya,
bila airnya bersih jernih, dampak atau efek kesehatannya dipastikan akan baik
pula. Terlepas dari kisah dan mitos yang menyelimuti keberadaan Petirtaan Candi
Jolotundo. Wallahu ‘alam bishawab. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar